Featured Posts

[Travel][feat1]

Nikmatnya Ngentot Saudara Sendiri

January 19, 2019
Cerita Sexs - Aku akan mengasaskan dari asal gimana seluruhnya terjadi, mengakui / bukan bahwa apa-apa yang kualami ini tak menanggung ganjalan atau aral tentu sangat, hal yang membuatku swasembada heran sekiranya memikirkannya. Awalnya 15 tahun yang dan kemudian ketika aku masih uzur 12 tahun.

Nikmatnya Ngentot Saudara

Kami raksasa dari keluarga berakibat, menyeluruh saudaraku ada 5 orang-orang. Nomor satu dan dua laki2 meskipun yang ketiga hawa. Kak Risa nomor 4 dan saya paling rumusan. Sesungguhnya aku lahir di Indonesia. Hanya memang Papaku yakni adam berkebangsaan Amerika. Meskipun Mamaku absah orang Indonesia.

Ketika saya berumur 12 tahun, kami sedang tinggal dalam Indonesia. Akan namun Papaku bukan disini sebab dia kadang tak berlaku di Nusantara. Setahuku lepas Mamaku pula sibuk berprofesi, dia tak terlalu risau sebab ke-2 kakakku lainnya telah lazim cukup dewasa & dianggap dapat menjaga abdi. Saya pirsa sebab kedua orang2 tuaku memang berhajat merampungkan tertular kami semua di Amerika.

Sesungguhnya kami semata saling menyayangi satu kolektif beda. Jarang sungguh kulihat tersedia perkelahian pada sempang kakak-kakakku. Tetapi mulai imut saya memang telah melekat sekali dengan Kak Uci-uci. Benar-benar ia yang senantiasa menemaniku ketika aku tampil. Akur kecuali hal yang demikian jeda umur antara saya serta kakakku yang publikasi 3 sangat jauh sekitar 8 tahun. Kak Risa benar-benar luar lazim sayang padaku, intim tiap kali aku selamanya siap bermanja-manja dengannya. Ya, strategi itulah yang membuatku betul-betul interest sangat beserta Kak Risa. Terpenting kuingat seumurku waktu itu saya sudah mulai terdapat selera dengan kakakku.

Di mulanya aku cuma berbincang-bincang saja. Bibit ketika hal yang demikian saya betul-betul yakin bahwa bukan mungkin aku menjalin kekerabatan yang “lebih” dengan kakakku. Paling Kak Risa terus-menerus menganggap saya adiknya aja. Meski serupa adik aku senantiasa mendapat perlakuan luar lazim darinya. Ketimbang kecil saya dan Kak Risa memang tak pernah berpisah, ruang kamipun oleh sebab itu satu.

Sedianya ketika aku berusia 9 tahun, saya telah meminta kamar sendiri, namun Kak Risa tak sepakat, alasannya simpel, dia tak berharap pisah kamar denganku, pedoman itu sebenarnya yakni masa di mana saya taksiran tidak mau berbagi, inginnya memodifikasi kamar otonom tanpa ada yang mencontoh, namun bukan jadi sengketa, lagipula aku dahulu tawar hati, dan saya telah terbiasa tidur di pelukan kakakku.

Mungkin ruang kecil dahulu saya termasuk nakal. Seandainya Mama lagi tak ada, orang-orang wisma terang kubuat onar secara ulahku. Kak Uci-uci juga acap kali kujahili. Biasanya sekiranya tidur malam Kak Risa seharga menerapkan serawal dalam saja. Saya tak menyebarkan mengapa. Walaupun lubang menerapkan AC.

Seringnya aku ail mengangkat dan mencucup puting susunya. Kak Uci-uci mengarifi hal itu namun ia bukan pernah sulit hati atau menegurku, paling hanya sejumlah, “Kalo berharap cakap gini mengapa nggak mensyaratkan sama Mama aja agaknya? ”. Lucunya hal itu jika jadi kebiasaanku. & karena tiada yang tau, kejadian seperti itu berjalan terus hingga usiaku bergeser 12 tahun.

Melainkan makin besar saya mulai dari menikmati tak sedap swasembada, walaupun kebiasaanku itu bukan oleh karena itu permasalahan buat Kak Risa.

Kak Risa hal yang demikian orangnya tomboy Sekali. Tatkala ia uzur 16 tahun ia masuk sebagian jaga timbul. Aku tadinya tak ketertarikan, namun Kak Uci-uci pula mengambil saya tiru beladiri. Bisa dibayangkan sebagaimana apa walhasil, gaya jalannya oleh sebab itu aneh, tak feminin. Bahwa bukan tertutup beserta wajahnya yang menawan dan bodynya yang baik, bujang tentu lalai dekat dengan Kak Risa. Apalagi disematkan kelakuan Kak Risa yang tertutup, & cenderung idealis.

Selain itu kelihatannya Kak Uci-uci juga tak terlalu interes menjalin kekerabatan secara penghambat tipe. Terpenting sehabis turut beladiri. Tetapi kendati seperti itu saya tahu apabila banyak cowok cakep yang menyenangi tentu ia. Dapat Kak Risa cuma latar sekedar menanggapinya. Soalnya aku acap terima telepon untuk Kak Uci-uci. Dan tak jarang sungguh ia tak sasaran tiru teleponnya. Dikala dibilang Kak Risa betul-betul “Untouchable”.

Saya umurku hampir 13 tahun, permulaan mulai masuk SMP, saya menyenangi beserta seorang kenya sahabat sekelasku. Saya sangat menyenangi padanya, akan namun tak sukses mendekatinya, intinya rontok berkompetisi. Ketika hal yang demikian perasaanku benar-benar bukan sedap. Aku berupaya meredakan bangun dengan tak jarang menghindar ke graha teman-sahabatku. Pada sanalah aku mulai mengenal kitab-kitab serta film luar lazim dewasa. Di usiaku yang semungil itu saya telah lazim punya tebaran luar area khusus gede, juga filmnya. Bukan susah, sebab nyaris semua sahabatku bukan orang Indonesia. Dan mereka luar lazim lepas mendapat barang diantaranya hal yang demikian di dalam masa-masa itu.

Kak Uci-uci tahu bahwa saya mempunyai barang-barang itu, kadang hal yang demikian sulitnya bahwa wahid ruang, jujur saja Kak Risa tak bahagia aku memilikinya sampai saya lengang dimarahi juga olehnya, dan dia memintaku untuk menghilangkan barang-barang itu. Meski sesuatu larat bakal, bagiku lebih cantik benda-benda itu yang aku singkirkan ketimbang saya kemudaratan nafsu Kak Uci-uci.

Ia Kak Risa telah punya penuh aktivitas secara studi & aktivitas sekolahnya, perhatiannya padaku tak bidis, pun cenderung kian kelewatan, Kak Risa kian acap kali memaksaku untuk mengantarnya ketika dia lumayan menjalankan kegiatannya atau pergi kemanapun. Sekiranya juga makin tak jarang menyerang dan memelukku dengan mesra, malah di depan lazim.

Sediakala saya merasa tak layak dengan perlakuannya itu, namun lama kelamaan aku ngerasa nyaman pula. Perasaanku pada Kak Uci-uci tampil meleset. Seandainya lepas kecupannya kutanggapi lazim saja, kini saya semakin bahagia membalasnya dengan ramah. Saya pula biar mulai damai memberikan tinjauan lebih di kakakku hal yang demikian, mungkin olehkarena itu merasa perhatiannya mendapatkan reaksi lebih dariku. Kak Risa jadi makin sayang padaku. Setengahnya kita jadi serupa orang yang sedang berkasih-kasihan, meski secara jasmani uniform menonjol sekiranya saya adiknya, dikutip ketimbang Terkini Bokep Saya.

Saya ingat malam itu tatkala saya pertama-tama menjalankannya beserta kakakku, seperti konvensional saya bergurau dengan Kak Uci-uci dalam kamar, dikala itu seluruh orang2 rumah sudah tidur, teknik hal yang demikian umumnya tak jarang kugunakan untuk mengeluarkan isi indah hati di dalam kakakku, seluruh keadaan sulit yang kudapat hari itu konsisten kutumpahkan padanya, serta Kak Risa senantiasa menanggapi hal yang demikian seluruh dengan tenteram dan maksimum pengertian, & benar-benar kuakui sebagian waktu belakang Kak Risa condong over.

Kicauan dan sikapnya betul-betul susur padaku bahkan apabila abdi cuma berdua aja serupa itu, perlakuannya itu tak jarang mewujudkan jantungku bergerak, saya waras sepenuhnya apabila ia hal yang demikian kakakku, namun saya bukan paham mengapa hatiku bisa bergejolak tak karuan.

Saya tak cela waktu itu Kak Uci-uci mengenakan t-shirt dan celana dalam putih, rambutnya diizinkan terurai. Unik secara kesehariannya, kakakku ketika hal yang demikian kelihatan betul-betul feminin serta memikat sekali. Aku tegak sewaktu-waktu Kak Risa mempesona kepalaku dan menciumiku.

Saya bukan berdaya upaya variasi-variasi, cuma memang saya sangat merasakan perlakuan Kak Uci-uci padaku. Saya suatu kali Kak Risa mengecup bibirku, kubalas beserta kecupan mesra. Sebab sedianya serabutan. Aku mencoba lena walaupun tak serius beroperasi, namun sebab aku menikmatinya, sukses juga.

Kulumat perkataan kakakku itu dengan sosial. Kak Uci-uci senyampang pula menyenangi secara ciumanku. Tetapi ia kolektif sekali bukan berupaya menutup kecupan hal yang demikian, malah ke-2 tangannya kian memelukku memasuki, saya cakap menikmati belaiannya di kepalaku. Tetapi sayangnya kecupan itu terhenti. Kak Risa menarik napas sambil memandangku eksentrik.

“aku kecup kakak lagi ya”, kataku tapi kak uci-uci tetap tidak bergerak seolah-olah tidak mendengarku dan terus menatapku.

Kiranya ia masih heran beserta kelakuanku, memang tak umumnya aku membalas kecupannya datang selama masa itu. Tetapi tatapannya segera berubah ramah lalu ia tersenyum dan bahkan tiru menciumku lagi. Saya ini ciumanku start bernafsu. Perlahan kami seolah bukan dingin untuk baku melibas, diiringi desahan-desahan panas dari Kak Risa, pulsa jantungku sebagai kian lekas. kucoba menyaruk Kak Risa agar tiba ke benteng. Lalu kuciumi level leher kakakku. Tanganku yang ketimbang tadinya diam kini mulai mengetes berperilaku eksplorasi mencoang-coang.

Selama bibirku masih bertafakur pada sosial Kak Uci-uci, tanganku telah menyusup di pada kegaduhan putihnya, & tanpa tragedi saya pas bisa medapati buah dada Kak Risa yang bukan tersembunyi sambil bra sama sangat, berdasarkan aku untuk utama gadis yang hampir 17 tahun, buah dada Kak Risa tergolong ideal besar, pasti saja saya telah acap memandangnya, karena hingga tatkala itu kami masih tak jarang mandi rapi. Saya menguji meremasnya dengan lembut. Kak Risa tampak menggeliat serta adakalanya mendesah.

Sebab kunaikan t-shirt itu agar tak menghambat tetek Kak Uci-uci. Dan demikian buah dadanya tampak, tanpa perbahasaan lantas kuhisap putingnya yang warna naik pitam muda hal yang demikian dan kuremas dengan bibirku. Saya benar-benar menikmatinya sebagaimana budak yang sedang menetek. Sepintas kutanggalkan kaosku, juga seluar pendekku. Kemudian kupeluk tubuh Kak Risa & makin memuaskan kuhisap klitoris susunya, menyenangi-menyenangi kumainkan putingnya secara lidahku, kemudian kuhisap lagi.

Olehkarena itu terlalu nyantai, aku bukan tahu bahwa terbukti Kak Risa sudah menjatuhkan kurusuhan putihnya. Jadi dikala ia memelukku erat, tubuhku benar-benar bersentuhan beserta jasad kakakku, dan dapat kurasakan uci-uci kakakku yang wangi serta betul-betul lagak itu. Lambat sekali saya mereguk susu kakakku hal yang demikian dengan berputar, Kak Risa malah seolah tak agenda melepaskanku dia justru menyesuaikan kepalaku kuat-kuat pada ekses dadanya.

Jasad kami telah lazim bersimbah semua oleh peluh. Datang denyut itu aku konsisten ragu untuk menjalankan berahi dengan kakakku. Memang awalnya semata ini kupelajari dari seluruh majalah dan film yang kulihat, akan namun lambat kelamaan naluriku mulai dari berinisiatif. Saya masih terbang pikiran saya buktikan untuk menciumi bibir kakakku lagi. Tentu diantaranya sebelumnya, Kak Uci-uci merespons kecupan itu secara luar lazim susur. Dengan menghasut diri aku membisikan substansi ke kuping Kak Risa.

“Kak, boleh saya sunyi serawal dalammu? ”.
Kak Uci-uci agak kaget.
“Sebab berharap semua sesuatu dek..? ”.
Aduh saya jawab gimana sungguh.
“Saya berharap jilatin tempik kakak”.
Saya semak hati kicauan itu keluar beserta usulan & perlahan sungguh. Aku waham. Awalnya pasti terkakak-kakak hendak naik pitam serta dia tak bakalan sasaran.
“Ih, jahil”.

Jawab Kak Risa ikhlas, Kak Uci-uci kemudian memandangiku sambil tersenyum, wajahnya tebakan memerah. Sedang dengan status bersandar Kak Risa melepas celana dalamnya lembut. Slow motion hal yang demikian membikin jantungku kian berdetak bukan menentu.

Sesungguhnya aku sebelah luar lazim mengapa Kak Uci-uci sama sekali tak naik pitam dikala saya memintanya menjalankan hal itu, namun sudahlah. Kemudian Kak Risa menyingkapkan pahanya. Awal saya segan untuk memandang. Untuk menyelaputi hal hal yang demikian, kuciumi lagi bibir Kak Risa. Dikala pelan-lahan kuturunkan kepalaku menempuh berbatas pas lepas organ intim wanita Kak Risa. Tempik Kak Risa nyaris tak ditumbuhi serat.

Jadi aku dapat menganalisis dengan lawas pundung tempik Kak Uci-uci, hakekatnya uraian ini pula bukan aneh lagi bagiku, namun sedekat ini baru baru kalinya. Kulihat tersedia minuman yang mengalir kelihatan ketimbang komponen bawah organ intim wanita kakakku disertai bau yang imajiner. Saya kubuka potongan uci-uci yang menutupi lubang tempik Kak Risa. & sinambung kusapu dengan lidahku dari jurang ke atas acap kali-acap kali. Ketika itu tubuh Kak Risa pas mengejang.

Sesudah bibir dan lidahku kupermainkan klitorisnya. Dengan spontanitas kedua tangannya memegangi kepalaku. Saya kian menyenangi menjilati organ intim wanita kakakku hal yang demikian, malah adakalanya kuhisap potongan bawahnya. Kudengar Kak Risa berulang-ulang mendesah sambil menamai namaku. Sajian itu serius sekali, meski cairan yang menongol sepertinya tak pasti, namun saya benar-benar menikmatinya.

Tatkala lidahku menyusup di di mungkum organ intim wanita Kak Uci-uci, sebisanya kujilati sesi dalam terowongan itu. Kak Risa makin terengah-engah. Situasi terkapah-kapah tak karuan. Lidahku juga makin liar mengobrak-abrik komponen reaktif kakakku itu, jadi semua daerah dalam dalamnya tersapu oleh lidahku.

Sesudah kaum menit Kak Uci-uci taksiran mengejangkan tubuhnya. Aku mereguk lidahku dialiri sesuatu yang hangat. Bertumbukan secara keluhan keras ketimbang Kak Risa serta pahanya yang menyusahkan kepalaku beserta betul-betul longgar. Kujilati cairan hal yang demikian hingga bersih, walakin rasanya masih sama. Kemudian aku bertambah terbang & kuciumi lagi Kak Uci-uci.

“Adek, engkau jahil luar lazim sih? ”, ekspresi roman Kak Risa betul-betul tak sama.
“Kak, saya sayang tentu kakak”, Kak Risa memandangiku dengan redup, tangannya menyasap pipiku.
“Kakak juga jantung hati kau”.
Beserta berani aku mencoba menjemput Kak Uci-uci untuk berperilaku kekerabatan seks denganku.
“Kak, boleh saya menjalankannya kolektif Kakak”.

Kak Risa teringa-inga mematung, kepalanya tertunduk untuk sebagian ketika. Bunyi benar-benar tenang, datang napas kamipun terdengar sangat terbuka.
Saya itu ia kembali memandangku sambil bertanya, “Sebab yakin berharap menjalankannya Landasan? ”.

Perlahan Kak Uci-uci luar lazim perlahan sangat. Saya tidak menjawab, aku hanya memandang tatapan emas tempawan Kak Risa yang betul-betul berbeda, saya tidak bisa menggambarkannya, akan namun saya mengenal Kak Uci-uci rela menjalankannya denganku. Sinambung kulepas celana dalamku. Lalu saya agak terbenam ke bawah, kulebarkan ke-2 kakinya. Senjataku tampil tunak timbul, namun bukan sejumlah orang-orang dewasa, sedang ukuran standart si kecil 12 tahun. Kak Risa lantas menyimak wajahku ketika aku membidikkan senjataku pas pada kepil vaginanya.

“Kak..? ”, sungguh lagi kuminta persetujuannya.

Sekiranya menyetujui perlahan. Sebab kudorong meresap senjataku. Akan namun tak sukses, dasar konsisten amatir remaja. Saya yang ke-3 kalinya. Kak Risa lalu meraih dan menutup pinggangku lalu memberi pengarahan vaginanya terang di ujung senjataku, segera kucoba mensupport lagi, meski sukar dan tebakan perih namun sukses pula kumasukkan seluruh senjataku di pada tempik Kak Uci-uci, renek kugerakkan pinggangku.

Ke-2 tangan Kak Risa kelihatan meremasi bungkus tidur kita. Desahannya start terdengar lagi, kuperhatikan Kak Risa tampak selit-belit membentuk diri. Lelet namun terang, kupercepat tenggang gerakanku. Sesungguhnya ketika itu senjataku berasa perih sekali. Aku menikmati nggak bahagia sungguh. Melainkan erangan Kak Risa yang kian menjadi membuatku bukan berdaya upaya lagi.

Makin kuhentakan pinggangku, secara trik yang teratur, Kak Uci-uci terus-menerus menghentakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sewaktu-waktu dia mengejangkan sambil mengerang keras. Saya sempat takut juga bahwa hingga terdapat orang wisma yang terbangun, namun untungnya kamar abdi di terhadap dan menyimpangkan ujung, taksiran jauh dari kamar Mama dan kakak-kakakku yang lain. Tiba-tiba kurasakan pinggang Kak Risa juga turut turun, seperti melegarkan, adakalanya Kak Risa masuk menghentakkan pinggangnya, seperti yang dirangkum ketimbang Terkini Cerita Panas.

Aku baru benar-benar menikmati enaknya menjalankan sesuatu itu. Dengan iseng kuremas juga risiko dada Kak Risa, serta Kak Risa menanggapi beserta menggenggam tanganku kuat. Trik pinggang Kak Risa makin kencang. Kak Risa seperti telah lazim menjalankan strategi ini. Sesudah pemikiran hal yang demikian karenanya bertambah agresif saya menghentakkan pinggangku. Tentu sekedar hal itu membikin Kak Risa mengerang kian rusuh. Dari tubuhku dan Kak Risa keringat kian merembes deras, sementara itu AC dalam ruangan sedang dingin.

Kaum menit kemudian pergerakanku mulai melambat, aku seperti agak pusing, saya cuma cakap menghentakkan pinggangku adakalanya, kadang kala saya seharga membisu merasai remasan dinding-dinding organ intim wanita Kak Risa. Tetapi badanku mulai dari lelah. Saya Kak Uci-uci meraih tubuhku dan mendekapku erat sangat, pinggangnya menghentak sebagian jangka waktu, rasanya pendatang lazim. Senjataku seperti ditarik makin merasuk ke di, dan dilumuri cairan yang hangat, diiringi erangan cukup keras dari Kak Risa.

Ketika Kak Risa melepas dekapannya, aku merasa tubuhku sangat payah sekali, olehkarena itu tak kuat saya berdetak di sosok Kak Uci-uci. Pada tatkala itu saya juga merasa dari senjataku ada yang berharap keluar. Rasanya segak sekali, segar kali itu saya menikmati yang serupa ini hingga alhasil cairan hal yang demikian kelihatan mengguyur daerah tidur. Entah saya tak ingat apa-apa lagi sesudah itu. Paginya dikala aku sadar, Kak Risa telah memeluk serta menciumiku. Kita masih dalam situasi tanpa baju sehelaipun.

“Kakak nggak ngira sekiranya Adek yang dahulu acap kali kakak panggul dapat menjalankan ini sama kakak”, bisik Kak Risa di telingaku.
Saya sendiri separo bukan percaya sudah menjalankannya dengan kakakku
“Kak.., saya sayang banget tentu Kakak, saya cinta kolektif Kakak”.
Kupeluk Kak Uci-uci dengan memuaskan. Kak Risa tersenyum dan menciumku lagi.

“Kakak ngerti kok Dek.., kakak pula sayang & cinta banget sama kau, kakak cuma tak menyentuh kau mantap secepat hal yang demikian. Dan pas aja uda seneng luar lazim dapat menjalankan ini sama kau, Adekku sayang”.
“Tetapi ayo cepet bangun, sprei ini kudu seketika dicuci”, lanjut Kak Risa lagi.
“Lho, memangnya mengapa? ”, tanyaku sempit.
“Kakak nggak berharap apabila bekas kadim di sprei itu menempuh berbatas ketahuan Mama”, jawab Kak Risa.

Saya separo terkagum, “Sejak?, darah apa Kak? ”, tanyaku.
Kak Uci-uci tak menentang, dia lantas memintaku berdiri dan terburu-buru melepaskan seprei daerah tilam kami.

Awalnya saya kadang tak tahu, namun akhir-akhir ini saya pertama paham, apabila terbukti silam itu aku sudah menjemput keperawanan kakakku sendiri, pada usiaku yang belum lagi genap 13 tahun. Bodohnya saya, sewajarnya saya telah lazim tahu hal hal itu.

Saya jadi merasa senjang, tak jarang saya meminta maaf padanya, meski Kak Risa mengakui bahwa dia sangat rela melepas keperawanannya padaku. Tetapi dia tak mengira saya bakal mengambilnya sepagi ini. Aku jadi makin sayang padanya. Menempuh laksana itu aku nggak sempat mencoba untuk mencari pujaan hati. Saya Kak Risa telah menjadi segalanya bagiku.

Sehabis kejadian hal yang demikian pula Kak Risa juga menutup timbul pada pergaulannya. Sesudah otomatis bagi Kak Risa statusku yakni adinda sekalian kekasihnya, kehidupan kami jadi tambah tertutup. Entah semenjak dikala itu sudah berapa kans kami menjalankannya, dan rombongan kami benar-benar tak tau akan hal itu. Sunyi SMU, saya telah tak di Nusantara.

Saya melanjutkan studi di Amerika. Tetapi konsisten aku tidak cakap berpisah secara Kak Uci-uci. Saya meminta Kak Risa turut denganku, walau sebenarnya Papa serta Mama bukan sepakat. Akan namun mereka tak dapat apa-apa sebab Kak Risa pula memaksa untuk menemaniku.

 berbatas ketika semua keluargaku sulih ke Amerika malah, itu tak tahu tahu apabila kami telah menjalani sukma yang exklusif seperti sahabat hidup istri. Ketika ini Kak Uci-uci telah hidup pada sebuah bank di kota yang serupa denganku. Abdi tinggal dalam rumah yang tersendiri ketimbang keramaian, dan kita telah lazim sependapat untuk melakoni kehidupan yang “tertutup” ini.

Lagian hingga ketika itu titisan kami tak menyertakan sangsi sedikit malah, kiranya figur kata hati mereka telah tentu sebagaimana orang tempatan, bukan agenda mencampuri pekerjaan karakter orang lain.
Nikmatnya Ngentot Saudara Sendiri Nikmatnya Ngentot Saudara Sendiri Reviewed by susan on January 19, 2019 Rating: 5

Cerita Sex Malam Pertama Sulit Di Lupakan

January 06, 2019
Cerita Dewasa Romantis - Aroma melati harum menebar hingga ke tiap sudut kamar pengantin yang dihias merah jambu. Dan, di sisiku meringkuk gadis yang betul-betul kucintai, berbalutkan daster tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya yang menawan dan jernih menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya. Kulitnya tak terlalu putih, tapi halus dan mulus. Ia, kukenal ketika sama-sama duduk di kursi kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus, kini sudah legal menjadi istriku.

Cerita Sex Malam Pertama Sulit Di Lupakan

Malam ini merupakan malam pertama kami resmi untuk sekamar dan seranjang. Tak ada lagi rasa takut atau kuatir dipergoki orang, tak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan natural selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tak terlalu “bersih”, saling kecup, saling raba malah hingga mencapai heavy petting tak jarang kami lakukan. Tetapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggung jawab, saya sukses mempertahankan kesuciannya hingga saat ini. Saya berbangga akan keberhasilkanku.

Suasana yang romantis ditambah dengan teduhnya tiupan AC sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk ia, kukecup keningnya lalu kuajak ia untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan bibit dalam rahim, lindungi dan hindarilah ia dari godaan setan yang terkutuk.

Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan hingga ke bibirnya. Kecupan kami kian lama kian bergelora, dua lidah saling berkait dicontoh dengan desahan napas yang kian memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, pelan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh trampil ia ini memilih daster yang berkancing di depan dan cuma 4 buah, gampang bagi tanganku untuk membukanya tanpa mesti memperhatikan. Tak lama kemudian kaitan BH-nya sukses dilepaskan oleh tanganku yang telah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang cokelat kemerahan tersembul dengan betul-betul menawan. Daster dan BH itupun langsung terterjang ke lantai.

Sementara itu, ia juga sudah sukses membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Cuma tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.

Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah alat pendengaran, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Ia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa ia juga betul-betul mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan betul-betul pelan, dengan lidah kudaki bukit menawan itu hingga ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang telah mengacung keras. ia mulai mendesah dan meracau tak terang. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah menawan itu sedikit merekah, sungguh menstimulasi. Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi.

Saya tak mau buru-buru, saya mau merasakan detik demi detik yang menawan ini secara pelan. Bermigrasi dari satu sisi ke sisi satunya, disisipi dengan kecupan ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya kian liar mengacak-acak rambutku, malah kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membikin nafsuku kian bergelora. Dengan meringkuk menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membikin kemaluanku yang telah sedemikian kerasnya mengacung gagah.

Kubelai kakinya sejauh tanganku dapat menjangkau, pelan naik ke paha. Berputar-putar, bermigrasi dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tak sengaja meraba gundukan berambut yang tak terlalu lebat melainkan terawat teratur. Sementara ia ternyata telah tak tabah, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Sedap sekali. Meskipun hal itu telah tak jarang kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tak lagi terpecah.

Lewat paha sebelah dalam, pelan tanganku naik ke atas, menuju ke genitalianya yang membuat desahan napasnya kian keras, dan kian memburu. Pelan kubelai rambut genitalianya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang telah betul-betul licin dan berair. Tubuh ia mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya kian deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Kecupannya kian ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya kian ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan pesat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian terlempar ke daerah tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama sudah sukses kupersembahkan untuknya.

Dipeluknya saya dengan keras sambil berbisik.

“Ohh, enak sekali. terima beri sayang.”

Saya tak mau rehat berlama-lama. Lantas kutindih tubuhnya, lalu dengan pelan kuciumi ia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah. Deru napasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang demikian itu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan organ intim wanita ditambah dengan air liurku membikin lubang hangat itu kian berair. Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas bokongnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan kadang-kadang kukunya yang tak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu melainkan enak rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal membendung kenikmatan yang betul-betul betul-betul. Perutnya tampak naik turun dengan pesat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

Sebagian ketika kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian dikecupnya saya dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil minta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tapi hingga juga ternyata. Sambil tersenyum betul-betul manis, dianggukkannya kepalanya.Pelan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan betul-betul pelan, kutekan dan kudorong masuk. ia merintih keras, dan sebab mungkin kesakitan, tangannya menyokong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah.

Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Saya tak tega, saya kasihan! Kupeluk dan kuciumi ia. Sirna telah nafsuku ketika itu juga.Sesudah beristirahat sebagian lama, kucoba mengawalinya lagi, dan lagi-lagi gagal. Saya betul-betul mencintainya sehingga saya tak tega untuk menyakitinya.

Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Ia minta maaf, dan dengan berlapang dada dan penuh kerelaan ia kumaafkan. Malam itu kami berbincang-bincang mengenai perkosaan. Bila kekerabatan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja sulit, agak tak masuk diakal kalau seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membikin wanita itu tak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat daya?

Pada jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, dicontoh oleh sebagian pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami natural pada waktu mata Receptionist Hotel meniru langkah-langkah ketika kami pacaran dahulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan bersuka cita dan bersuka cita.
Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita.

Sambil berpelukan bersandar di daerah tidur, kami baca buku itu halaman demi halaman, terutamanya yang berhubungan dengan kekerabatan Seks. Hingga pada halaman mengenai Anatomi, kami setuju untuk membuka pakaian masing-masing. Giliran pertama, ia memperbandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum diraba, kemaluanku telah menggembung besar dan keras. ia mengelus dan membolak balik “benda” itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja ia memasukkan dan mengulumnya sebab tak bendung dan gemas, melainkan kutahan dan kularang. Saya belum mendapatkan giliran.

Kemudian, kuminta ia meringkuk tengadah di daerah tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Awalnya ia tak berharap dan malu, melainkan sesudah kucium mesra, alhasil menyerah. Saya mengambil posisi tengkurap di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Menonjol komponen dalamnya yang merah darah, sungguh menstimulasi. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan komponen-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini saya memperhatikan alat vital seorang wanita dengan terang. Meskipun tak jarang mengerjakan oral, melainkan belum pernah memperhatikan apalagi memerhatikannya sebab senantiasa kulakukan dengan mata tertutup. Saya baru tahu bahwa klitoris formatnya tak bulat, tapi agak memanjang.
Saya dapat mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa betul-betul mujur, saya dapat memperhatikan apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang sukses kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu rupanya tak jernih, tapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang saya tak ingat lagi, seperti apa format lubang hal yang demikian.

Tak bendung berlama-lama, langsung kulempar buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi alat vital ia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang berair, hangat dan kasar, sampai membikin ia kembali mengejang, merintih dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tak rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Menurut teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah ataupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita merupakan klitorisnya. Inilah saatnya saya mempraktekkan apa yang selama ini cuma jadi teori semata.

Ia kian liar, malah hingga terduduk membendung kenikmatan yang betul-betul betul-betul. Ia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi meringkuk menyamping berhadapan, tapi terbalik. Kepalaku berada di depan genitalianya, sementara ia dengan rakusnya sudah melahap dan mengulum kemaluanku yang telah betul-betul keras dan besar. Sedap tiada tara. Tetapi, saya kesusahan untuk mengerjakan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta ia tengadah di daerah tidur, saya naik ke atas tubuhnya, konsisten dalam posisi terbalik. Kami pernah sebagian kali mengerjakan hal yang sama dahulu, tapi rasa yang dimunculkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku mendapatkan jilatan dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi kalau ia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

Sebab hampir tak tertahankan lagi, saya langsung merubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang betul-betul menawan itu. Kubisikkan bahwa saya betul-betul menyayanginya, dan saya juga bertanya apakah kaprah-kaprah ia akan bendung kali ini. Sesudah mengecup bibirku dengan gemas, ia memintaku untuk melaksanakannya perlahan-perlahan.

Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Menurut gambar dan apa yang sudah kuperhatikan tadi, saya tahu di mana kaprah-kaprah letak Liang Senggamanya. Kucium ia, sambil kuturunkan pinggulku perlahan-perlahan. Ia merintih terbendung, melainkan kali ini tangannya tak lagi menyokong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa betul-betul sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa ia juga betul-betul menginginkannya. Sesudah kuminta ia untuk membendung sakit sedikit, dengan pelan melainkan pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas membendung sakit.

Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada spot air mata di sudut matanya, tapi sambil tersenyum ia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Ia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru sirna sesudah sebagian hari. Kesudahannya, segala batang kemaluanku sukses masuk ke dalam lubang organ intim wanita ia tercinta. Saya berbangga dan bersuka cita sudah sukses mengerjakan tugasku. Kucium ia dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Ia membuka matanya, dan saya bisa memperhatikan bahwa dibalik kesakitannya, ia juga betul-betul bersuka cita.

Pelan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, demikian itu terus berulang-ulang. Tiap-tiap kutekan masuk, ia mendesah, dan kali ini, bukan lagi bunyi dari rasa sakit. Kupikir, ia telah mulai bisa menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa enak tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Saya memang belum pernah bersenggama dalam arti hakekatnya sebelum ini. Butir-butir peluh mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu libido yang sudah lama terbendung terpuaskan lepas ketika ini. Kepala ia mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membikin nafsuku kian bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di punggungku. Desakan demi desakan tak tertahankan lagi, dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan air mani sebanyak-banyaknya ke dalam rahim ia. Saya keok kali ini.

Kupeluk dan kuciumi wajah ia yang berair oleh peluh, sambil berucap terima beri. Matanya yang jernih menawan menatapku bersuka cita, dan sambil tersenyum ia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga bagus-bagus si kecil kami, kalau bibit itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, melainkan gampang-mudahan Setelah Maha Esa senantiasa melindungi bibit yang akan tumbuh itu.

Seprai merah jambu kini bernoda darah. Mungkin sebab selaput dara ia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, sampai menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.

Malam itu kami hampir tak tidur. Sesudah beristirahat sebagian ketika, kami melaksanakannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, melainkan yang pasti, pada kekerabatan yang ke dua sesudah tertembusnya selaput dara itu, saya sukses membawa ia orgasme, malah lebih dari satu kali. Saya yang telah kehilangan banyak air mani, menjadi betul-betul kuat dan bendung lama, sehingga alhasil ia menyerah keok dan terkapar dalam kenikmatan dan kelelahan yang betul-betul betul-betul.

Tapi ini, kami sudah mempunyai 3 orang si kecil yang lucu-lucu. Tetapi gairah dan nafsu seperti tak pernah padam. Dalam umur kami yang mendekati 40 tahun, kami masih mampu melaksanakannya 2-3 kali seminggu, malah tak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tak pernah padam. Saya betul-betul mencintai ia, begitupun yang kurasakan dari ia.
Cerita Sex Malam Pertama Sulit Di Lupakan Cerita Sex Malam Pertama Sulit Di Lupakan Reviewed by susan on January 06, 2019 Rating: 5

Bekas Suami Bos Menodai Saya

January 06, 2019
Cerita Dewasa Romantis - Saya datang ke Malaysia lima tahun lalu. Berprofesi dengan sebuah keluarga Cina dengan gaji yang dijanjikan lumayan. Awalnya saya khawatir juga berprofesi di rumah bukan Islam, bagaimana makanku, solatku, kena masak babi ke dan banyak yang bermain di kepala. Melainkan karena kesempitan hidup saya tabahkan hati dan berprofesi dengan mereka.
Bekas Suami Bos Menodai Saya

Bos perempuan sungguhlah garang, banyak sekali saya makan hati karena semuanya tak kena. Cuma tak memasak, yang lain saya buat. Karena mereka makan di luar dan akan membeli makanan untuk saya. Mula saya cuak juga apa yang dibeli, halal atau haram tapi saya dipastikan makanan Melayu atau makanan mamak. Betul malahan makanan Cina lain rasanya, orang Melayu metode masak lain dan mamak mestilah lain juga. Saya gembira metode demikian ini disebabkan saya tak payah sulit hati memasak ‘ba alif ba ya’ atau ayam pancung… ya, yang tak bersembelih.
Tapi meski kerjanya menjaga seorang buah hati kecil dan mengemas rumah, aduh tak gampang ya. Hati berumur tiga tahun asyik menangis dan senantiasa sakit tapi kerana saya juga ada buah hati, biasalah budak kecil yang menangis, meragam dan sakit. Yang seorang berumur lapan, pagi pergi sekolah, sore balik.
Sekali pandang memang tak banyak kerja… mengemas rumah tidaklah sulit amat, lagipun cuma dua bilik yang diperbaiki masuk. Bilik buah hati lelakinya dan satu lagi bilik bayi, dan rumah malahan tak besar mana, beres mengemas tidak hingga dua jam. Jadi masa lain melayan bayi.
Seandainya bos pergi kerja memang seronok tapi jika bos ada rumah banyaklah ‘complaint’nya metode menyuap budak salah, metode menyapu salah, menyidai pakaian malahan ada caranya. Letihnya bukan apa banyak amat songehnya membikin saya keliru, yang mana betul yang mana salah. Kadang-kadang saya diherdik tapi saya membisu aje. Cukup bulan saya tunggu lagi, tengok duit, saya membisu dan berprofesi lagi karena wang itu mahu dihantar ke kampung untuk buah hati-buah hati makan. Biarlah mak mereka merana di sini asalkan buah hati-buah hati makan dan mencari ilmu.
Suami bos jarang di rumah… katanya banyak bisnes di daerah lain. Saya malahan tak berapa kisah dengan hal rumahtangga mereka, ia ada ke tidak ada tiada membawa makna pada ku, lagipun saya tengok ia tipe bagus aje, kapabel malahan bunyi tidak berapa dengar. Saya cuma dengar bunyi bininya sahaja.
Satu hari hendak diciptakan cerita, saya tengah menggosok baju, dan si kecilnya menangis, ia menjerit memerintah saya tengok budak yang menangis. Jeritan itu malahan buat saya tergamam dan dalam masa suram kabut saya telah rosakkan pakaiannya. Ya Allah saya menggigil kerana saya tahu apa habuan saya selepas ini. Melainkan saya seharusnya mengkhabarkan akan kerosakan pakaian itu, pakaian yang mahal agaknya. Saya bukan sahaja dimarah tapi disepak dan waktu itu suaminya balik, mengamati momen di depan mata. Saya tak tahu apa yang disebutkan terhadap suaminya tapi suaminya membisu sahaja. Kemudian saya diberitahu untuk ‘pack’ pakaian. Katanya ia tak mahu tengok muka saya lagi. Ke mana saya mahu pergi, entah saya tak tahu, tak ketahui jiran sebelah menyebelah. Suami memujuk sang isteri barangkali dan keesokan harinya barulah saya mahu dihantar, tapi hantar ke mana. Ke lapangan ke, ke polis ke, ke mana ke saya malahan tak tahu. Disuruhnya campak saya di bas stesyen. Melainkan suaminya bagus, katanya kau membisu-membisu saya tak hantar kau balik tapi kerja dengan ini orang Cina.
Ternyata orang Cina yang dikatakannya yaitu daerah sebagian kerja di kafe. “Saya tak mahu masak, saya tak mahu makan babi. Saya katakan terhadap ia.” “Bukan, tinggal di sini dahulu nanti saya uruskan kau berprofesi di pejabat kerja sapu pejabat.” Itu telah lebih ketimbang baik, memang saya menyenangi kerja yang demikian ini.
Saya dihantar ke Johor Bahru berprofesi di pejabat, ternyata ia antara bos di situ. Saya dilayan bagus diberikan bilik kecil untuk saya tinggal di situ. “Permit kerja-kerja rumah, tapi kau membisu membisu jangan cerita sama sapa. Itu saya punya bini memang itu perempuan banyak kecoh mulut, berisik itu karena saya tak menyenangi balik rumah. Ia otak banyak tak betul… itu karena saya simpan perempuan lain.” “Sepatutnya karena bos simpan perempuan ia berang.” “Betullah tapi mana bendung dengan ia berisik berisik, tengok itu hari karena pakaian satu kampung dengar ia punya jerit.”
Kami menjadi kawan dan walau berprofesi di pejabat sesungguhnya ia melayan saya dengan bagus. Seandainya ia ada ia belikan saya makanan, kasih saya tipe-tipe hingga orang ingat saya ini ia punya pacar. Satu hari ia belikan saya pakaian, indah amat pakaian itu dan ia mahu saya pergi potong rambut, mekap dan buat kuku, ia hantar saya ke salon. Awalnya saya ragu-ragu juga tapi ia kata, jangan sulit hati ini malam sahaja jadi aku punya girlfriend, karena aku punya girlfriend tak ada ini malam. Ia balik kampung.
Ternyata telah rambut dipotong, telah gunakan pakaian indah dan mekap saya sendiri tak sangka saya lihat diri di cermin, saya amat indah. Seandainya telah siap, ia sendiri kaget, “Yanti indah ya,” katanya. “Kawan-kawan seharusnya kaget nanti.”
Betul saya dibawa ke sebuah majlis. Parti apa malahan saya tak tahu dan yang menariknya ia tak layan saya tipe pekerja tapi tipe girlfriendnya. Kawan-kawan malahan layan saya bagus dan baru saya rasa saya seorang wanita. Selama ini saya menikmati saya ini tipe tiada skor diri, berlumus dengan keringat, dengan daki, dimarah dimaki dan dihina. Hari ini saya merasa menjadi perempuan yang sejati dilayani sebaiknya, dan saya jadi seronok. Seronoklah jika ada orang melayani demikian ini. Itu cuma pernah saya rasai pada mula saya berkahwin, kemudian suami buat hal dan saya ditampar diterajang. Karena itu saya lari ke sini karena tak bendung dengan seksaan suami. Saya meminta diceraikan dan meninggalkan kampung halaman.
Malam itu saya dihantar pulang, dan katanya seandainya-seandainya ia perlukan sahabat ia akan mengajak saya. Senantiasa jugalah saya mendampinginya tapi memang ia tak pernah mengambil peluang dengan saya… saya hormat ia dan ia hormat saya.
Episode selanjutnya, bilik kecil tempat ku tinggal diambil alih oleh orang Indon yang kaya raya. Mereka mengaplikasikan perkhidmatan cleaner dan saya tak disenaraikan di dalam pekerjanya. Saya merayu untuk mendapatkan kerja lalu saya dihantar ke rumah salah seorang bos. Saya menjadi bibik di situ. Tuan Cina saya dahulu malahan sirna tanpa khabar info, saya malahan tak tahu ia ke mana dan kenapa semuanya berubah sekelip mata.
Bos perempuan saya ini, mengenal saya orang Indon ia malahan seperti di rumah-rumah orang kaya Indon, mereka memanglah arogan dengan pekerja tapi saya malahan tak kisah asal gaji bisa. Saya mahu kerja paling lama malahan dua tahun lagi, kerana seandainya cukup wang mahu pulang dan buka bisnes kecil-kecilan. Saya piawai menjahit tapi tak ku beritahu mereka karena nanti bertambah-tambah kerja tapi kerja di rumah orang Indon lagilah sulit seluruh kena buat. Memasak, dan semuanya tapi yang paling saya tak mahu buat tapi diperintah juga buat yaitu memandikan anjingnya. Ya Allah saya rasa mahu lari dari situ tapi ideal kerja seluruh telah beres dan saya terpaksa melayan semuanya.
Suaminya juga orang Indon, tak arogan tapi ada satu perangai yang buat saya kadang-kadang takut, ia menyenangi tengok saya atas bawa dan bermain mata dengan saya. Saya sesungguhnya takut, kuliner saya boleh ceritakan terhadap isterinya. Lama-lama saya amati wajahnya, saya pula teringat ia ini antara kawan-kawan bos lama saya dahulu, Simon. Patutlah tipe saya ketahui ia dan ia juga tipe buat signal yang saya ini pernah dijumpai. Satu hari masa isterinya tiada di rumah ia tanya saya sama ada saya ketahui Mr. Simon. Saya tak mahu mengaku untuk keselamatan tapi ia bukan bodoh. Ia telah ingat saya ini perempuan simpanan Simon, karena Simon bawa saya sebagian kali. Tentu ia ingat saya juga boleh dibawa ke ranjang barangkali.
Seandainya isterinya tiada di rumah, ia cuba ambil peluang. Menarik itu senantiasa tapi satu malam, bilamana isteri dan buah hati-si kecilnya pergi bercuti, (saya ingat ia ikut serta ternyata tak) dan seluruh orang lain tiada di rumah, ia berjaya menarik saya ke ranjang. Saya diratah sehabis mahu, berkali-kali ia mahu mengerjakan seks, jika saya melawan telah tentu lagi sakit lantaran saya biarkan sahaja ia meratah tiap-tiap inci tubuhku. “Bapak puas?” Tanyaku sambil menangis. “Jika jadi apa-apa saya beritahu ibu.” “Jangan kau berani,” ugutnya.
Selepas kejadian itu saya menjadi sungguh-sungguh takut dan mujurlah saya datang bulan, dan saya selamat ketimbang termengandung buah hati luar nikah. Sungguh saya benci mengamati wajahnya, meski disangka ia kacak, pada saya ia rupa jembalang, berbeza Simon walau pendek, dan sepet tapi hatinya bagus. Saya teringat ia memberikan saya telefon, katanya seandainya mahu hubungi buah hati di Indon gunakan sahaja dan habis kredit saya tambah. Sungguh ia berhati mulia tapi ia di mana? Aku keparat ini pula siapa? Saya juga berkeinginan tahu di mana Simon untuk saya meminta bantu melepaskan saya dari daerah neraka ini.
Saya sungguh-sungguh khawatir seandainya rumah sunyi dan isterinya tiada di rumah. Ia ada tukang kebun dan dengan si tukang kebun itulah saya buat bagus agar saya tak keseorangan jika orang lain keluar. Malam saya akan mengunci dan meski diketuk dan bunyi kemarahan memerintah saya buka pintu, tak saya buka, karena saya tak mahu momen itu berlaku lagi.
Entah apa kot yang disebutkan terhadap isterinya, sang isteri pula bertambah kurang didik dengan saya. Melainkan ia di hadapan isteri tipe tiada apa, kadang-kadang cuba tanya buah hati dan cerita hal-hal di Indonesia. Saya lantas tak atensi.
Satu pagi masa bersarapan ia memberitahu saya Simon ditemui mati. Saya terketar mendengar ceritanya, hendak tahu lebih lanjut saya tak berani karena saya mengaku tak mengenali Simon. “Simon gengster tu?” jawab isterinya. “Ya si gengster.” Gengster kata mereka tapi sedikitpun saya tak percaya. Dan apa terjadi dua pekan selepas itu, si ibu memberitahu yang ia ada tamu meminta saya masak nikmat-nikmat. Di belinya bermacam dan sepagi saya memasak… dan nah dari jauh saya mengamati kereta masuk di wilayah rumah. Itu kereta bini Simon daerah saya berprofesi dahulu. Saya serba salah, karena saya tak mahu ia mengenali saya, lagi sulit hidup saya nanti. Melainkan apa metode malahan saya tak bisa mengelak.
Makanan dihidangkan, saya cuba menyorok tak keluar di meja makan, tapi tak mungkin saya tak dipanggil ibu… dan seandainya ia ternampak saya, tahu apa ia buat? Ia menerkam saya. ”Seandainya bibik orang jahat!” Katanya terhadap ibu. “Ke sini ternyata kau? Awas nanti ia akan ambil you punya husband!”
Aku ibu merenung bagaikan hendak makan saya. Oh sorry saya tak mahu makan masakannya, dahulu ia kasih saya punya Simon makan, dan Simon telah edan dengannya. Tanya ia ia ketahui tidak Simon?”
Apa ini, saya tipe tak percaya ia menuduh saya dan saya juga cuba fikirkan bagaimana ia tahu saya pernah diajak ke parti oleh Simon dan betulkah Simon telah meninggal, saya tak tahu.
Aku jadi hura hara, “Jika aku ibu, aku hantar ia pergi Port Klang dan biar ia cari sendiri jalan pulang, jangan malahan dibeli karcis kapal terbang.” Seandainya saya malahan lebih menyenangi dihantar balik ketimbang tinggal di situ, satu metode saya bisa melepaskan diri ketimbang jerat laki yang menodai saya.
“Saya ada gambar Simon dengan ia,” kata lagi si perempuan Cina ini. Lagi saya kaget, “Seandainya perempuan bukankah kau?” Aku gambar saya. Sempat juga saya menjawab, “Jika saya secantik ini saya tak berprofesi rumah orang, bagus saya jadi perempuan simpanan sesiapa.” Dan seluruh terdiam. “Tipu, ia kuat tipu, ia goda saya punya suami!”
“Apalah perempuan edan ini kapabel?” kata saya dalam hati. “You tahu saya juga ada bukti, Simon tulis dalam secret FB nya yang saya tahu itulah ia. Ia mahu masuk Islam dan menikahi seseorang dan orang itu jangan sesiapa kaget kerana tulisnya ia itu bekas maid di rumah saya. Saya menyayanginya dan saya akan beritahu ia satu hari yang saya menikah dengannya.”
Saya terkedu mendengar cerita si nyonya… tapi mana Simon? Betulkah ia ditemui mati, seperti yang disebutkan oleh ibu dan bapak dua pekan sebelum ini? Saya jadi keliru… dan doakan bukan ia yang mati.
Tembelang mereka pecah, sepandai tupai melompat hasilnya jatuh juga. Semuanya merupakan dirancang dan lakonan semata karena mereka pasti akulah perempuan yang dibawa Simon ke parti sebagian kali. Bapak itulah yang menuntaskan rahsia, ia buat ini seluruh karena takut saya buka cerita ia memperkosa saya. Ia ingat ia boleh senantiasa buat kerja dekil itu tapi tak, saya telah tahu taktiknya dan buat seluruh rancangannya terhalang.
Benar mereka mahu saya tertanya-tanya perihal Simon dan itu boleh meresmikan kisah saya dan Simon. Seandainya mereka mengada-adakan cerita dan buat sedih dengan kematian Simon mereka mahu lihat respons saya tapi saya juga piawai berlakon, sekali saya kata saya tak ketahui tak akan ku kapabel sebaliknya. Ibu dan bapak membawa isteri Simon memang untuk memalukan saya, tapi mereka lupa yang saya telah bisa satu domisili, betullah Simon telah jatuh cinta dengan saya.
Saya memang malahan dihantar pulang, di Port Klang ditinggalkan saya, untuk saya mencari jalan pulang. Melainkan ingat tidak Simon pernah memberikan saya telefon, dan memang lama ia menghilangkan diri serta tak menghubungi saya. Ternyata ia sengaja mengerjakan itu untuk melupakan saya tapi ia tak bisa melawan perasaannya.
Saya hantarkan Whatsapp memberitahu saya telah pulang ke kampung halaman dan memberitahu Simon akan domisili rumah dan nombor lain untuk dihubungi. Andai benar Simon cinta saya ia akan menyusur kemudian lagipun jarak Medan dan Kuala Lumpur tak jauh mana.
Simon datang satu hari, mahu mengambil saya sebagai isterinya tapi sebelum itu ia mahu tinggal sebagian dikala di bumi Indonesia untuk belajar perihal Islam.
Hari ini saya legal menjadi isteri Simon.
Bekas Suami Bos Menodai Saya Bekas Suami Bos Menodai Saya Reviewed by susan on January 06, 2019 Rating: 5

Nikmatnya Main Dokter Suster Dengan Guru Sendiri

January 06, 2019
Cerita Dewasa Romantis - Pengajaran kedokteran telah wajar bila blak blakan bicara mengenai problem anggota-anggota tubuh yang tersembunyi. Seperti Kisah panas berikut ini ketika sebagian mahasiswi memperoleh tugas yang benar-benar sinting.

Nikmatnya Main Dokter Suster Dengan Guru Sendiri

Cerita Dewasa Romantis
















Saya ialah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota medan.kini duduk di semester 7. Saya tinggal di tempat medan tuntungan. Tinggi Saya 164 berat 60 kg dan bisa digolongkan gemuk. Saya memiliki tetangga namanya Putri seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di medan ia mengambil jurusan kedokteran.

Sudahlah lupakan siapa Saya dan Putri. Ini momen terjadi setahun yang Kemudian demikian ini Kisahnya. Pada hari sabtu pukul 14.30, saya berdiri di depan rumah Kemudian Saya dipanggil oleh Putri.

"Bang kemarilah" kata Putri.

"Ada apa Put" jawabku.

"Abang dapat tolong kami" kata Putri.

Tolong apa sekiranya dapat pasti saya bantu jawabku sesudah itu saya diajak kedalam rumahnya dan didalam rumahnya talah ada dua orang sahabatnya Kemudian saya diperkenalkannya Ratih dan Ratna.

Kemudian kami bercerita dan bersenda gurau kemudian saya bertanya.

"Kalian berharap meminta tolong apa nih" kataku.

"Ini bang kami bisa tugas dari dosen mata kuliah anatomi. Tugas ini benar-benar berat bagi kami, kami patut mempelajari anatomi lawan macam kami" kata Putri sambil menyodorkan kertas yang berisi daftar yang akan di periksa.

Betapa terkejutnya saya baca isi daftar yang berisi tinggi berat, panjang lengan, panjang kaki, ukuran genitalia dikala tegang dan mengambil air mani itu seluruh dilaksanakan dalam situasi telanjang.

"Jadi kalian ingin saya objeknya ya, maaf ya bagiku ini perkerjaan gila" kataku.

"Bantulah bang" kata Putri di ikuti dengan kawan nya memohon supaya saya dapat menolong profesi mereka.

"Pokoknya enggak" kataku.

"Kami beri Rp 1 juta kalau abang mau" kata Putri.

"Berapapun kalian beri saya tak mau" kataku. Sebenarnya, saya dalam hati ingin dan saya terdiam sebentar dan sambil berpikir.

"Ok saya mau tapi ada syaratnya" kataku.

"Syaratnya apa bang" kata mereka dengan motivasi.

"Syaratnya adalah kalian periksaku satu persatu dengan keadaan telanjang" kataku.

"Ah jangan lah bang,yang lain aja lah syaratnya" kata Putri.

"Ini mungkin persyaratan terakhir sekiranya kalian berharap ok kita laksanakan ,sekiranya tak ya tak jadi. Syaratnya seperti tadi melainkan kalian tak usah telanjang melainkan cuma gunakan celana dalam saja, malu lah saya sekiranya saya telanjang kalian tak" kataku

Kemudian mereka terdiam sebentar dan entah apa yang dipikirkan mereka.

"Oklah bang dari pada tugas kami tak selesai kami terima  persyaratan tersebut" kata Putri

Kemudian sesudah selesai perundingan, saya pergi mandi ke kamar mandinya dan masuk kekamar dengan cuma mengunakan handuk. Mereka bertiga masih diluar kamar dan berbincang-bincang entah apa yang mereka bincangkan kemudian masuk Putri kekamar dengan membawa perlengkapan yang dibutuhkan. Kemudian Putri melepaskan satu persatu pakaiannya dan cuma celana dalam putih yang menempel di tubuh Putri yang putih dan mulus hal yang demikian.Kemudian didekatinya saya dan tampak dengan terang dua buah bukit kembar yang besar (tinggi Putri 165 dan berat 60) dan ditengah tengahnya ada puting coklat.

Kemudian dilakukanlah tugasnya mengevaluasi tubuhku dan yang paling menegangkan merupakan dikala mengevaluasi kemaluanku yang menegang kulihat dengan terang wajah Putri yang memerah dikala memegang kemaluanku. Betapa nikmatnya kemaluanku dikala dipegang Putri serasa melayang. Kemudian saatnya pengambilan air mani, saya diperintah Putri untuk mengeluarkan air mani yang kuusahakan dengan onani didepanya dan serasa susah.

"Put payah nih keluarnya bantu dong keluarin" kataku.

"Gimana saya dapat bantu" kata Putri.

"Bantulah kau kocok kan" kataku

Putri yang mendengarnya pertama-tama tidak ingin tetapi menuruti perintahku dengan berat hati dengan menyelesaikan tugasnya.

Namun, 3 menit tak keluar juga air maniku dan saya terpaksa harus cari cara lain.

"Put kau harus tolongku dengan cara lain nih" kataku.

"Cara lain gimana" kata Putri.

"Kau harus tidur tengkurap" kataku

Kemudian Putri tidurlah dengan tengkurap, saya lalu menindah tubuh cantik Putri. Kemaluanku tepat disela bokongnya yang rasanya nikmat tapi tidak terlalu puas untukku. Saya lalu tempelkan kemaluanku ke tengah bokongnya yang masih ada celana dalam putih dan mendadak Putri membalikkan tubuhnya. Didepan mataku terlihat payudara yang cantik dan tubuhku sudah menimpa tubuhnya, kemaluanku tepat diatas vaginanya yang masih terbalutkan celana dalam.

Kemudian kuturunkan tubuhku sedikit, saya tak berharap merusak perawan si kecil tetangga yang beda agama. Jadi kemaluanku jatuhkan tepat dibawah alat kelaminnya dan dijepit oleh dua paha mulusnya. Dijepit pahanya yang putih mulus aja seperti itu enak gimana lagi kalau alat kelaminnya yang menjepit kemaluanku. Bibirku merasakan putingnya dan Putri mengerang kenikmatan.

"Ahhhh..ahhhh bang. Mendadak pusarku terasa berair" kata Putri. Terbukti Putri mengalami klimaks dan kulanjutkan aksiku kepada Putri hingga.

"Put saya mau keluarkan nih cepet Put" kataku. Kemudian saya mengangkat tubuhku dari tubuh Putri dan Putri mengambil tabung yang sudah steril.

cret.cret..wow saya akhirnya berhasil keluarkan air mani dan sesudah itu Putri Kemudian mengenakan bajuya kembali dengan celana dalam yang masih berair oleh air maninya sendiri. Dengan terang terbayang genitalia yang tebal yang terbaluti oleh celana dalam dan mungkin inilah pertama sekali saya memandang genitalia perempuan dewasa.

Sesudah Putri keluar dari kamar, masuk lah si Ratna dengan membawa perlengkapan seperti Putri tadi. Kemudian ia melepaskan pakaiannya satu persatu, saya yang sedang berbaring melihat dengan serius saat ia melepaskan pakaiannya satu persatu yang bisa dibilang Ratna tidak cantik seperti Putri. Kemudian ia mendekatiku dan mengerjakan tugasnya seperti Putri tadi, dikala ia memeriksa tubuhku kuperhatikan wajahnya seperti tak bersuka ria dan sedikit cemberut apa seluruh perempuan seperti ini sifatnya dalam hati ku berkata.

Kemaluanku masih berdiri namun tak setegang dikala diperiksa Putri mungkin perasaan bersuka ria dan tak bersuka ria memberi pengaruh situasi Kemaluanku. Kemudian saatnya pengeluaran air mani sama seperi Putri tadi ku suruh ia mengocokkan Kemaluanku alamak terbukti ia tak ingin tetapi saya ancam.

"Sekiranya kamu tak ingin ya udah tak usah aja saya kan tak maksa kalian" kataku.

Eh terbukti ia berharap dan dikerjakannya tapi dalam sekejap saja air maniku keluar. Mungkin bisa dikatakan waktu yang diperlukan Putri untuk memeriksaku cuma 1/3 dari waktu yang diperlukan Ratna. Entahlah mungkin Kemaluanku susah mungeluarkan sekiranya memandang perempuan indah tapi melihat perempuan jelek dan tinggi hati sejenak aja selesai. Kemudian Ratna mengenakan pakaiannya kembali dan keluar dari kamar.

Kemudian Ratih masuk ke kemar dengan senyum sambil menyapaku.

"Sekarang giliranku" katanya dengan motivasi.

Melihat Ratih yang begitu semangat membuat kemaluanku langsung tegang. Kemudian Ratih melepaskannya pakaiannya satu persatu dan begitu menawannya tubuh perempuan ini dalam hatiku sambil menelan air liur tau. Ciri-ciri Ratih orangnya sedikit gemuk dan dengan payudara besar dan putih walau wajahnya tak indah. Tapi Ratih memiliki bokong bahenol kali dan saya bilang aja padat dan berisi.

Kemudian Raih melakukan tugasnya seperti sahabatnya tadi dikala problem mungukur tubuh dan menimbang berat badan. Saya turun dari ranjang sesudah itu saatnya pengeluaran air mani dan saya sedang tidur terlentang. Lalu Ratih berkata

"Gimana nih bang, saya ingin ambil sample air manimu," kata Ratih.

"Ya terserah kamu lah gimana caranya" kataku.

senjataku terus tegang sebab suasananya menyenangkan hatiku dan orangnya suka ketawa dikala memeriksa. Kemudian Ratih duduk dipahaku dan woow terasa kali daging empuknya Kemudian Kemaluanku dikocoknya Kemudian dikulumnya alamak geli kali rasanya. Saya menilai Ratih ini orangya suka oral sex.

Sesudah dikocok dan dikulumnya, Ratih berhenti dan tiba-tiba melepaskan celana dalamnya. Wowww, saya tak percaya dengan pandangan di depanku dalam hatiku berkata. Saya dapat melihat jelas sebuah daging kecil yang mirip kacang pada bagian bawah tubuh Ritah dan tiba tiba ia merekatkan alat kelaminnya di Kemaluanku.

Tanpa pikir panjang, kubalikkan posisi ia di bawah saya lalu kukulum bibirnya mak dibalasnya dan Kemaluanku kutekantekan kedalam senggamanya. Bibirku kemudian beralih kegunung kembarnya yang kenyal dan terus kunikmati. Kemaluanku sudah mulai masuk ke dalam vaginanya yang sempit sedikit demi sedikit sambil terus menikmati buah dada dan mendadak buah dada itu terasa mengeras tak seperti tadi. Kedua kakinya Ratih mengapit kakiku dan tangannya dengan erat memeluk tubuhku.

"Bang..bang mau keluar... mau keluar ini bang" katanya.

"Sebentar, saya juga mau keluar" jawabku.

Saat hampir puncaknya, saya cabut senjataku dari vaginanya dan Ratih lantas mengambil tabung untuk menampung air maniku ke dalam tabung itu. Usai selesai Ratih bukanya ingin segera keluar, ia justru mencium bibirku dan kami persetubuhan lagi sampai 3 kali dalam 45 menit. Entah berapa banyak air maniku terbuang selama 1 jam dikala diperiksa ketiga mahasiswi tersebut.
Nikmatnya Main Dokter Suster Dengan Guru Sendiri Nikmatnya Main Dokter Suster Dengan Guru Sendiri Reviewed by susan on January 06, 2019 Rating: 5
ads 728x90 B
Powered by Blogger.